BAB
I
PENDAHULUAN
A. Penyakit Parkinson
(PD)
Penyakit Parkinson (PD) adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative)
yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada
saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
B.
Latar
Belakang
Penyakit Parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh James Parkinson
seorang dokter di London, Inggris, pada tahun 1817. Di dalam tulisannya, James
Parkinson mengatakan bahwa penyakit (yang akhirnya dinamakan sesuai dengan
namanya) tersebut memiliki karakteristik yang khas yakni tremor,
kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait difficulty).
Penyakit Parkinson terjadi di
seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita seimbang. 5 – 10 % orang
yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum usia 40
tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara
keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 %
di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia
85 – 89 tahun.1
Di Amerika Serikat, ada
sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah
penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita.
Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga
85 tahun. Statistik menunjukkan, baik
di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding
perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.
Beberapa orang ternama yang
mengidap Penyakit Parkinson diantaranya adalah Bajin (sasterawan terkenal China), Chen Jingrun
(ahli matematik terkenal China), Muhammad Ali (mantan peninju terkenal A.S.),
Michael J FoxThe Michael J Fox Foundation For Parkinson’s Research (seorang bintang film Hollywood terkenal).
Dari beberapa fakta yang menunjukkan data mengenai
Penyakit Parkinson, hal yang menarik adalah penyakit ini belum diketahui
penyebabnya secara pasti dan hanya mengacu pada prediksi faktor genetika dan
lingkungan. Namun, pada perkembangan terakhir mengenai penyakit ini, ada tendency bahwa penyakit ini deisebabkan oleh kerusakan
mitokondria, organel penghasil energi di dalam sel, yang menyebabkan neuron di
dalam substantia nigra otak mati atau tidak berfungsi. Studi dari Children
Hospital Boston sekarang menunjukkan bahwa mutasi genetik menyebabkan bentuk
herediter dari Penyakit Parkinson menyebabkan mitokondria bergerak acak keluar
dari sel, meninggalkan sel tanpa ada kemungkinan menghentikan mereka. Penemuan
ini muncul pada 11 November isu tentang sel.
Oleh sebab itu, pembahasan mengenai PD ini sangat
menarik juga karena pengembangan dari penelitian penyakit ini selalu meningkat
tiap tahunnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Anatomi dan Fisiologi
Sistem saraf
adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama
dari jaringan saraf.Sistem persarafan merupakan salah satu organ yang berfungsi
untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi
kegiatan tubuh
Fungsi
sistem saraf yaitu :
1.
Mendeteksi perubahan dan merasakan sensasi
2.
Menghantarkan informasi dari satu tempat ke tempat yang lain
3.
Mengolah informasi sehingga dapat digunakan segera atau menyimpannya
untuk masa mendatang sehingga menjadi jelas artinya pada pikiran.
Sistem
saraf dibedakan atas 2 divisi anatomi yaitu :
1.Sistem
saraf pusat (sentral), terbagi atas:
a. Otak
b. Sumsum
tulang belakang(medula spinalis)
2.Sistem
saraf perifer (tepi) terdiri atas:
A. Divisi
Aferen, membawa informasi ke SSP (memberitahu SSP mengenai lingkungan eksternal
dan aktivitas-aktivitas internal yg diatur oleh SSP
B. Divisi
Eferen, informasi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen ke organ
efektor (otot atau kelenjar yg melaksanakan perintah untuk menimbulkan efek yg
diinginkan), terbagi atas:
-Sistem
saraf somatik, yg terdiri dari serat-serat neuron motorik yg mempersarafi
otot-otot rangka
-Sistem
saraf otonom, yg mempersarafi otot polos, otot jantung dan kelenjar,
terbagi atas :
1. Sistem
saraf simpatis
2. Sistem
saraf Parasimpatis
Neuron (sel Saraf)
· Sistem
saraf manusia mengandung lebih dari 1010 saraf atau neuron.
· Neuron
merupakan unit structural dan fungsional system saraf
· Sel saraf
terdiri dari badan sel yang di dalamnya mempunyai inti sel,nukleus,
Mitokondria, Retikulum endoplasma, Badan golgi, di luarnya banyak terdapat
dendrit,kemudian bagian yang menjulur yang menempel pada badan sel yang di
sebut akson
· Dendrit
menyediakan daerah yg luas untuk hubungan dengan neuron lainnya. Dendrit adalah
serabut aferen karena menerima sinyal dari neuron-neuron lain dan meneruskannya
ke badan sel.
· Pada
akson terdapat selubung mielin,nodus ranvier,inti sel Schwan,butiran
neurotransmiter
· Akson
dengan cabang-cabangnya (kolateral), adalah serabut eferen karena membawa
sinyal ke saraf-saraf otot dan sel-sel kelenjar. Akson akan berakhir pada
terminal saraf yg berisi vesikel-vesikel yg mengandung neurotransmitter.
Terminal inilah yg berhubungan dengan badan sel, dendrit atau akson neuron
berikutya.
Sel saraf
menurut bentuk dan fungsinya terbagi atas :
1. Sel
saraf sensoris (neuron aferen)
Bentuknya
berbeda dari neuron aferen dan interneuron, di ujung perifernya terdapat reseptor
sensorik yang menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap
rangsangan spesifik.
Sel saraf
ini menghantarkan impuls(pesan) dari reseptor ke sistem saraf pusat,dendritnya
berhubungan dengan reseptor(penerima rangsangan ) dan ujung aksonnya
berhubungan dengan sel saraf asosiasi,
Klasifikasi
reseptor sensoris menurut jenis stimulusnya yaitu :
· Mekanoreseptor
mendeteksi stimulus mekanis seperti nyeri,suara,raba
· Termoreseptor
mendeteksi perubahan temperatur seperti panas dan dingin
· Nosiseptor
mendeteksi kerusakan jaringan baik fisik maupun mekanik seperi nyeri
· Elektromaknetik
reseptor mendeteksi cahaya yang masuk ke mata seperti warna,cahaya
· Khemoreseptor
mendeteksi pengecapan,penciuman,kadar O2 dan CO2
2. Sel
saraf motoris
Sel saraf
ini mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot/skelet yang hasilnya berupa
tanggapan terhadap rangsangan. Badan sel saraf berada di sistem saraf pusat dan
dendritnya berhubungan dengan akson sel saraf asosiasi dan aksonnya berhubungan
dengan efektor(bagian motoris yang menghantarkan sinyal ke otot/skelet).
Aktivitas
sistem motoris tergantung dari aktivitas neuron motoris pada medula spinalis.
Input yang masuk ke neuron motorik menyebabkan 3 kegiatan dasar motorik yaitu :
1.
Aktivitas volunter( di bawah
kemauan)
2.
Penyesuaian posisi untuk suatu
gerakan tubuh yang stabil
3.
Koordinasi kerja dari berbagai
otot untuk membuat gerakan yang tepat dan mulus.
3. Sel
saraf intermedit/Asosiasi (Interneuron)
Ditemukan
seluruhnya dalam SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau
menyampaikan informasi ke interneuron lainnya. Beberapa interneuron dalam otak
terkait dengan fungsi berfikir, belajar dan mengingat
Sel saraf
ini terbagi 2 yaitu :
1.
Sel saraf ajustor yaitu
menghubungkan sel saraf sensoris dan motoris
2.
Sel saraf konektor yaitu untuk
menghubungkan neuron yang satu dengan neuron yang lainnya.
Sel
Neuroglial
Biasa
disebut glia yg merupaka sel penunjang tambahan pada SSP yg berfungsi sebagai
jaringan ikat
Sel glial
dapat mengalami mitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggungjawab atas
terjadinya tumor system saraf.
IMPULS
SARAF
Terjadinya
impuls listrik pada saraf sama dengan impuls listrik yg dibangkitkan dalam
serabut otot
Sebuah
neuron yg tdk membawa impuls dikatakan dalam keadaan polarisasi, dimana
ion Na+ lebih banyak diluar sel dan ion K+ dan ion
negative lain lebih banyak dalam sel
Suatu
rangsangan (ex: neurotransmiter) membuat membrane lebih permeable terhadap ion
Na+ yang akan masuk ke dalam sel, keadaan ini menyebabkan depolarisasi
dimana sis luar akan bermuatan negative dan sisi dalam bermuatan positif.
Segera
setelah depolarisasi terjadi, membrane neuron menjadi lbih permeable terhadap
ion K+, yg akan segera keluar dari sel. Keadaan ini memperbaiki
muatan positif diluar sel dan muatan negatif di dalam sel, yg disebut repolarisasi.
Kemudian
pompa atrium dan kalium mengmbalikan Na+ keluar dan ion K+
ke dalam, dan neuron sekarang siap merespon stimulus lain dan mengahantarkan
impuls lain.
Sebuah
potensial aksi dalam merespon stimulus berlangsung sangat cepat dan dpt di ukur
dlm hitungan milidetik.sss
Sebuah
neuron tunggal mampu meghantarkan ratusan impuls setiap detik.
SISTEM SARAF PUSAT
OTAK
Merupakan
alat tubuh yang sangat vital karena pusat pengatur untuk seluruh alat
tubuh,terletak di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang dibungkus oleh selaput
otak yang kuat.Otak terdiri dari 3 bagian besar yaitu:
1.Otak
Besar (serebrum)
Merupakan
bagian terluas dan terbesar dari otak ,bentuk telur dan mengisi penuh bagian
atas rongga tengkorak. Adapun fungsi serebrum yaitu :untuk pusat pengaturan
semua aktivitas mental yaitu berkenaan dengan
kepandaian(Intelegensi),ingatan(memori),kesadaran,pusat menangis,keinginan
buang air besar maupun kecil. Terdiri atas:
· Lobus
frontalis (depan), sebagai area motorik yg embangkitkan impuls u/ pergerakan
volunteer. Area motorik kiri mengatur pergeakan sisi kanan tubuh dan sebalikya.
· Lobus
oksipital (belakang), untuk pusat penglihatan
· Lobus
temporal (samping) untuk pusat pendengaran
· Lobus
parietal (tengah) untuk pusat pengatur kulit dan otot terhadap panas, dingin,
sentuhan,tekanan.
Antara
bagian tengah dan belakang merupakan pusat perkembangan
kecerdasan,ingatan,kemauan dan sikap
2. Batang
otak(Truncus serebri) terdiri dari :
a. Diensephalon
Merupakan
bagian batang otak paling atas,terdapat di antara serebrum dan
mesensephalon,Adapun fungsinya yaitu :
· Vasokonstriksi
yaitu mengecilkan pembuluh darah
· Respiratori
· Mengontrol
kegiatan refleks
· Membantu
pekerjaan jantung.
b.
Mesensephalon (Otak tengah)
Terletak
diantara pons dan Diensephalon. Di depan otak tengah ada talamus dan
hipotalamus,fungsinya:
· Menjaga
tetap tegak dan mempertahankan keseimbangan
· Membantu
pigmen mata dan mengangkat kelopak mata
· Memutar
mata dan pusat pergerakan mata
c. Pons
varoli
Terletak
antara Medula oblongata dan mesensephalon,Adapun fungsinya
· Penghubung
antara serebrum dan medula oblongata
· pencernaan
Pusat saraf N.Trigeminus,N.Optalmicus,N.Maxillaris dan N.Mandibularis
d. Medula
oblongata
Merupakan
bagian otak paling bawah,menghubungkan pons varoli dengan medula
spinalis,Adapun fungsinya yaitu:
· Mengontrol
kerja jantung
· Vasokonstriksi
· Pusat
pernafasan
· Mengontrol
kegiatan refleks
3. Otak
kecil (Serebelum)
Terletak
di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan cerebrum,diatas medula
oblangata, Adapun fungsinya yaitu :
· Pusat
keseimbangan
· Mengkoordinasi
dan mengendalikan ketepatan gerakan otot dgn baik
· Menghantarkan
impuls dari otot-otot bagian kiri dan kanan tubuh
Talamus
Pusat
pengatur sensoris untuk serabut aferen dari medula spinalis ke serebrum
Hipotalamus
· Berperan
penting dalam pengendalian aktivitas SSO yg melakukan fungsi vegetative penting
untuk kehidupan seperti pengaturan frekuensi jantung, TD, Suhu tubuh,
keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual
· Sebagai
pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan kemarahan.
· Memproduksi
hormone yg mengatur pelepasan atau inhibisi hormion kelenjar hipofisis,
sehingga mempengaruhi keseluruhan system endokrin.
4. SUMSUM
TULANG BELAKANG (Medulla spinalis)
Merupakan
bagian SSP yang terletak di dalam canalis cervikalis bersama
ganglion radix pos yang terdapat pada setiap toramen
intervertebralis terletak berpasangan kiri dan kanan
Fungsi
sumsum tulang belakang adalah :
1.
Penghubung impuls dari dan ke
otak
2.
Memungkinkan jalan
terpendek pada gerak refleks
3.
Organ ini mengurus persyarafan
tubuh,anggota badan dan bagian kepala
Cairan
serebrospinal
· Terdapat
pd ruang subaraknoid yang mengisi ventrikel dlm otak yg terletak antara
araknoid dan piameter
· Lapisan
pelindung otak (piameter, araknoid dan durameter)
· Menyerupai
plasma dan cairan interstisial tp tdk mengandung protein
Fungsinya:
Sebagai bantalan
untuk jaringan lunak otak dan medulla spinalis
Sebagai
media pertukaran nutrient dan zat buangan antara darah dan otak serta medulla
spinalis.
SISTEM SARAF TEPI (Perifer)
Sistem
saraf perifer mempunyai 2 subdivisi fungsional utama yaitu sistem somatik dan
otonom.Eferen somatik dipengaruhi oleh kesadaran yang mengatur
fungsi-fungsi seperti kontraksi otot untuk memindahkan suatu benda,sedangkan
sistem otonom tidak dipengaruhi oleh kesadaran dalam mengatur kebutuhan
tubuhsehari-hari,sistem saraf otonom terutama terdiri atas saraf motorik visera
(eferen) yang menginversi otot polos organ visera,otot jantung,pembuluh darah
dan kelenjar eksokrin
Sistem
saraf tepi terdiri dari :
-12
pasang saraf serabut otak ( saraf cranial ) yang terdiri dari 3 pasang saraf
sensorik, 5 pasang saraf motorik dan 4 pasang saraf gabungan.
-31
pasang saraf sumsum tulang belakang ( saraf spinal ) yang terdiri dari 8 pasang
saraf leher,12 pasang saraf punggung,5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf
pinggul dan 1 pasang saraf ekor.
SISTEM
SARAF TAK SADAR ( OTONOM )
Sistem
saraf otonom bersama-sama dengan sistem endokrin mengkoordinasi pengaturan dan
integrasi fungsi-fungsi tubuh.
Sistem
saraf mengirimkan sinyal pada jaringan targetnya melalui transmisi impuls
listrik secara cepat melalui serabut-serabut saraf yang berakhir pada organ
efektor dan efek khusus akan timbul sebagai akibat pelepasan substansi
neuromediator(Neurotransmiter)
Neurotransmitor
adalah suatu penandaan kimiawi antar sel yang berfungsi sebagai komunikasi
antar sel saraf dan antara sel saraf dengan organ efektor .
Neurotransmiter adalah senyawa yang disintesa, disimpan dalam saraf tempat dia
bekerja,sekresinya bergantung pada adanya ion kalsium dan diatur
melalui fosforilasi protein sinapsis.Menyebar secara cepat sepanjang celah
sinaps antara ujung neuron dan berikatan dengan reseptor spesifik pada sel
target ( pasca sinaps).
Adapun
jenis-jenis neurotransmiter yaitu :
1.
Acetylcolin
Bersifat
inhibisi melalui susunan saraf parasimpatis
2.
Norepinefrin dan epinefrin
Bersifat
inhibisi melalui susunan saraf simpatis
3.
Dopamin
Terdapat
di ganglia otonom dan bagian otak seperti substansi nigra,dopamin menyebabkan
vasodilatasi,relaksasi saluran cerna,meningkatkan sekresi kelenjar
ludah(salivas) dan sekresi insulin.
4.
Serotonin
Terdapat
di saluran cerna,di ssp yaitu di medula spinalis dan hipotalamus,fungsinya
menghambat impuls nyeri dan mengatur perasaan seseorang.
5. Asam
gamma aminobutirat(GABA)
Bersifat
inhibisi pada otak,medulla spinalis dan retina,berperan dalam mekanisme kerja
obat hipnotif-sedatif dan psikotropik pada penyakit epilepsi.
6.
Histamin
7.
Prostaglandin
8. Asam
glutamat
SSO
memiliki 2 devisi yaitu sistem simpatis dan sistem parasimpatis.
1.
Saraf simpatis berasal dari area
toraks dan lumbal pada medula spinalis,memiliki neurotransmiter
norefinefrin/Adrenalin shg disebut juga saraf adrenergik,fungsinya
mempertahankan derajat keaktifan(menjaga tonus vaskuler),memberi respon pada
situasi stres seperti.trauma,ketakutan,hipoglikemi,kediginanan,latihan.
2.
Saraf parasimpatis berasal dari
area otak dan sakral pada medula spinalis,neurotransmiternya yaitu asetilkolin
shg disebut jg saraf kolinergik,fungsinya menjaga fungsi tubuh esensial seperti
proses dan pengurangan zat-zat sisa.
BAB III
PATOFISIOLOGI
A. Definisi
Penyakit Parkinson adalah
penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan usia. Penyakit
ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik pas
substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang
terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada
parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe
nuklei, nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus
dari saraf kranial, sistem saraf otonom. 2
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal
ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis
neurotoksin. 2
1. Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron
nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal
oksi lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari
stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2. Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses
neurodegenerasi pada Parkinson.
Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam menyusun
rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan bagian yang
diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat sebagai
umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah
mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan
pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu program gerakan diimplementasikan.
Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal adalah gerakan involunter. Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basalis (kaudatus, putamen,
palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia nigra, nukleus rubra,
lokus seruleus).
Secara sederhana , penyakit atau kelainan sistem motorik dapat dibagi
sebagai berikut :
1. Piramidal
; kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan reflek superfisial yang
abnormal
2. Ekstrapiramidal
: didomonasi oleh adanya gerakan-gerakan involunter
3. Serebelar : ataksia alaupun sensasi propioseptif normal sering disertai
nistagmus
4. Neuromuskuler : kelumpuhan sering disertai atrofi otot dan reflek tendon
yang menurun
Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini belum
diketahui pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan dengan defisiensi
serotonin, dopamin dan noradrenalin.
Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi sel-sel neuronyang meliputi
berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya substansia nigra, area ventral
tegmental, nukleus basalis, hipotalamus, pedunkulus pontin, nukleus raphe
dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia otonomik. Beratnya
kerusakan struktur ini bervariasi. Pada otopsi didapatkan kehilangan sel
substansia nigra dan lokus cereleus bervariasi antara 50% - 85%, sedangkan pada
nukleus raphe dorsal berkisar antara 0% - 45%, dan pada nukleus ganglia basalis
antara 32 % - 87 %. Inti-inti subkortikal ini merupakan sumber utama
neurotransmiter. Terlibatnya struktur ini mengakibatkan berkurangnya dopamin di
nukleus kaudatus (berkurang sampai 75%), putamen (berkurang sampai 90%),
hipotalamus (berkurang sampai 90%). Norepinefrin berkurang 43% di lokus
sereleus, 52% di substansia nigra, 68% di hipotalamus posterior. Serotonin
berkurang 40% di nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus frontalis dan
30% di lobus temporalis, serta 50% di ganglia basalis. Selain itu juga terjadi
pengurangan nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin, leu-enkephalin, substansi
P dan bombesin.
Perubahan
neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan perubahan neurofisiologik yang
berhubungan dengan perubahan suasana perasaan. Sistem transmiter yang terlibat
ini menengahi proses reward, mekanisme motivasi, dan respons terhadap stres.
Sistem dopamin berperan dalam proses reward dan reinforcement.
Febiger mengemukakan hipotesis bahwa abnormalitas sistem neurotransmiter pada
penyakit Parkinson akan mengurangi keefektifan mekanisme reward dan
menyebabkan anhedonia, kehilangan motivasi dan apatis. Sedang Taylor menekankan
pentingnya peranan sistem dopamin forebrain dalam fungsi-fungsi tingkah
laku terhadap pengharapan dan antisipasi. Sistem ini berperan dalam motivasi
dan dorongan untuk berbuat, sehingga disfungsi ini akan mengakibatkan
ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan dengan berkurangnya
keinginan melakukan aktivitas, menurunnya perasaan kemampuan untuk mengontrol
diri. Berkurangnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri sendiri dapat
bermanifestasi sebagai perasaan tidak berguna dan kehilangan harga diri.
Ketergantungan terhadap lingkungan dan ketidakmampuan melakukan aktivitas akan
menimbulkan perasaan tidak berdaya dan putus asa. Sistem serotonergik berperan
dalam regulasi suasana perasaan, regulasi bangun tidur, aktivitas agresi dan
seksual. Disfungsi sistem ini akan menyebabkan gangguan pola tidur, kehilangan
nafsu makan, berkurangnya libido, dan menurunnya kemampuan konsentrasi.
Penggabungan disfungsi semua unsur yang tersebut di atas merupakan gambaran
dari sindrom klasik depresi.2
Pada
umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi harus diusahakan
menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang etiologi, prognosis dan
penatalaksanaannya. 4
1. Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans.
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya
belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
2. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain :
tuberkulosis, sifilis meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced,
misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain, misalnya
perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju,
infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
3. Sindrom paraparkinson (Parkinson plus)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran
penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson (degenerasi hepato-lentikularis),
hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral,
atropi palidal (parkinsonismus juvenilis).
B.
Nama Penyakit
Penyakit Parkinson, Parkinson Disease (PD),
Parkinsonisme, Idiopathic Parkinsonism,
C.
Tanda dan Gejala
Tanda Penting
Perkinsonisme adalah rigiditas, tremor (khususnya saat istirahat), akinesia
atau bradikinesia, dan hilangnya refleks tubuh. Disfungsi ini bersifat kronik
dan progresif tetapi dengan berbagai variasi gejala antar pasien.
Rigiditas
mungkin hanya terbatas pada satu kelompok otot dan terutama unilateral atau
dapat menyebar dan bilateral. Parkinsonisme menurunkan kekuatan dan
menurunkankecepatan otot, dan merupakan faktor utama dalam terjadinya
deformitas akibat sindrom ini. Gejala pasif yang melibatkan ekstrimitas atau
trunkus mengalami resistensi “traffylike”
yang relatif stabil melalui kisaran gerakan. Parkinsonisme telah dibandingkan
dengan pipa saluran yang ditekuk sehingga kadang disebut rigiditas pipa saluran. “Catches “ sering timbul selama gerakan
pasif, menyebabkan karakter roda pedati atau “rachetlike” pada rigiditas yang disebut rigiditas roda pedati. Otot fleksor maupun ekstensor berkontraksi
kuat(tonus meningkat),
mengindikasikan adanya gangguan kontrol pada kelompok otot yang bersebrangan.
Jika rigiditas
melibatkan trunkus, rigiditas itu bertanggungjawab terhadap gaya berjalan dan
masalah posisi tubuh akibat Parkinson. Pasien membungkuk ketika mereka berdiri
sehingga dagu maju jauh ke depan daripada ibu jarinya. Mereka berjalan sambil
menyeret kakinya terburu-buru, langkah yang semakin cepat bila tersandung ke
depan dan mencoba untuk cepat mengembalikan kaki mereka pada keadaan semula (festinating gait).
Tremor akibat
parkinsonisme timbul pada saat istirahat dan disebut tremor istirahat. Ketika otot menegang untuk melakukan tindakan
yang bertujuan, biasanya tremor akan berhenti. (sekitar sepertiga pasien
mengalami tremor yang hebat bersamaan dengan tremor istirahat, namun seperti
yang telah disebutkan, tremor hebat biasanya berkaitan dengan disfungsi
serebelum). Tremor yang melibatkan tangan dijelaskan sebagai pill rolling dan
mengakibatkan gerakan ritmis ibu jari pertama dan kedua. Tremor adalah akibat
dari kontraksi bergantian yang regular (4 hingga 6 siklus per detik) pada otot
yang berlawanan. Tremor sepertinya akan memburuk jika pasien lelah, di bawah
tekanan emosi, atau terfokus pada tremor. Dasar tremor tidak jelas. Degenerasi
ganglia basalis menyebabkan hilangknya pengaruh inhibitor dan menigkatkan
timbal balik berbagai sirkuit yang berakibat dalam osilasi. Tidak semua pasien
memiliki tremor yang jelas. Bila pasien secara tidak sengaja mengalami
kecelakaan serebrovaskular (CVA, stroke) dan timbul hemiplegia, tremor akan
hilang pada bagian yang paralisis.
Kedua gejala di atas
biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia
muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun
bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan
baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga
penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi
tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil,
refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur. 3
Gerakan volunteer menjadi
lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari
kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara
gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya
ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah
seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah
sehingga ludah suka keluar dari mulut.4
Tulisan tangan secara
gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala
dini, berjalan dengan
langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas),
stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung
melengkung bila berjalan.4
Sering pula terjadi bicara monoton karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot
laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan
volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat. 4
Demensia, adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan
deficit kognitif. Gangguan
Behavioral, lambat-laun menjadi dependen
( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi.
Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia)
biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang
cukup, dan gejala lain yaitu kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal
hidungnya (tanda Myerson positif) 4
Ada pula gejala non
motorik5
1. Disfungsi otonom
a. Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
b. Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
c. Pengeluaran urin yang banyak
d. Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat
seksual, perilaku, orgasme.
2. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
3. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
4. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
5. Gangguan sensasi,
a. kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan
warna,
b. penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension
orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian
tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
c. berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia
atau anosmia),
Gambaran tambahan parkinsonisme adalah
1. Gangguan
okulomotorius : Pandangan yang kabur bila melihat suatu titik akibat
ketidakmampuan untuk mempertahankan kontraksi otot okular. Gejala ini
seringkali tidak dapat dibedakan dari gejala awal gangguan gerak neurodegeneratif
yang jarang terjadi dan secara terpisah disebut palsi supranuklear progressive
(PSP).
2. Krisis
okuligirik : spasme otot mata untuk berkonjugasi dengan mata yang
terfiksasi(biasanya pada pandangan ke atas, selama beberapa menit hingga
beberapa jam; berkaitan dengan parkinsonisme yang berasal dari eksogen, seperti
penggunaan obat atau pascaensefalitis.
3. Kelelahan
dan nyeri otot yang sangat pada kelelahan otot akibat rigiditas.
4. Hipotensipostural
akibat efek samping pengobatan dengan campur tangan kontrol tekanan darah yang
diperantarai oleh ANS.
5. Gangguan
fungsi pernapasan yang berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi
makanan atau saliva, dan berkurangnya bersihan jalan napas.
Tabel 2 Temuan Neurologis utama pada PD
|
|
Temuan
Neurologis
|
Keterangan
|
Tremor istirahat*
|
Gerakan memilin pada jari tangan yang khas;
tremor berkurang dengan gerakan voluntar selama tidur.
|
Bradikinesia*
|
Perlahan-lahan dalam memulai dan mempertahankan
gerakan
|
Rigiditas roda pedati*
|
Gerakan dihalangi dengan “menangkap” ; resistensi
relatif konstan sepanjang rentang gerakan.
|
Kelainan posisi tubuh dan cara berjalan*
|
Membungkuk, berjalan dengan kaki diseret, cara
berjalan yang capat, berbalik badan secara bersamaan (en bolic).
|
Mikrografia
|
Tulisan tangan yang kecil-kecil dan secara
perlahan; tremor dapat jelas terlihat ketika menggambar lingkaran yang
konsentrik.
|
Wajah seperti topeng
|
Mata yang melotot, tidak berkedip, ekspresi
dingin, berkedip 2 atau 3 kali/menit (kedip normal 12-20 kali/ menit)
|
Suara datar (monoton)
|
Bicara tanpa ekspresi
|
Refleks Hiperaktif glabelar
|
Sensitivitas yang berlebihan terhadap ketukan
jari di atas glabela (antara alis mata) menyebabkan pasien berkedip setiap
kali ketukan.
|
*Gejala
kardinal atau utama pada PD6
D.
Penyebab
Beberapa hal yang diduga bisa
menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut 2:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per
10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80
tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan
neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit parkinson.
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000
orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor resiko yang mempengaruhi
perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya perbedaaan genetik,
kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita
penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan
lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupn gaya
hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi perubahan besar pada
angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini mungkin karena
faktor lingkungan secara relatif kurang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit
parkinson.
4. Genetik
Penelitian menunjukkan
adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada
gen -sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan
Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson,
ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6.
Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.
Adanya riwayat penyakit
parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko menderita penyakit
parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada
usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh
keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda. Kasus-kasus
genetika di USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika pada 100 penderita
yang diperiksa. Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman menemukan hasil nol
pada 70 penderita. Contoh klasik dari penyebab genetika ditemukan pada
keluarga-keluarga di Italia karena kasus penyakit itu terjadi pada usia 46
tahun. 3
5. Faktor Lingkungan
a.Xenobiotik
Berhubungan erat dengan
paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan mitokondria
b.Pekerjaan
Lebih banyak pada orang
dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c.Infeksi
Paparan virus influenza
intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit parkinson melalui
kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan
substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d.Diet
Konsumsi
lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme
kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan
neuroprotektif.
e.Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa
menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar
f.Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan
depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan
penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover
katekolamin yang memacu stress oksidatif.
E.
Mekanisme
Penyakit Parkinson
merupakan gangguan neurodegeneratif kedua terbanyak, setelah penyakit
Alzheimer. Dikarakterisasi secara klinis oleh parkinsonisme (resting tremor,
bradikinesia, rigiditas, dan ketakstabilan postural) dan secara patologis
dengan kehilangan neuron pada substantia nigra, dan dimana saja yang
berhubungan dengan adanya deposit protein ubiquinated pada sitoplasma
neuron (Lewy bodies) dan inklusi pada proteinaseus seperti benang
dalam neurit (Lewy neurites).
Kejadian penyakit
Parkinson sekitar 0,5-1% pada orang usia 65-69 tahun, meningkat 1-3% pada orang
usia 80 tahun atau lebih. Diagnosa secara klinis, meskipun gangguan lain dengan
gejala menyolok dan tanda parkinsonisme, seperti postencephalitis,
drug-induced, dan parkinsonisme arteriosklerotik, dapat rancu dengan
penyakit Parkinson sampai diagnosa dipastikan dengan otopsi. Komponen genetik
pada penyakit Parkinson telah lama dibicarakan, karena kebanyakan pasien
memiliki penyakit sporadis dan penelitian awal pada orang kembar memperlihatkan
persamaan rata-rata rendah dari concordance pada kembar monozigot dan
dizigot. Pandangan bahwa genetik terlibat pada beberapa bentuk penyakit
Parkinson telah diperkuat, bagaimanapun, dengan penelitian bahwa kembar
monozigot dengan onset penyakit sebelum usia 50 tahun memiliki pembawa genetik
yang sangat tinggi, lebih tinggi dari kembar dizigot dengan penyakit early-onset.
Lebih jauh, tanpa memperhatikan usia onset, hal yang nyata terlihat antara
kembar monozigot dapat ditingkatkan secara signifikan jika uptake dopaminergik
striatial abnormal pada kembar tanpa gejala dari pasangan yang tidak harmonis,
sebagai pernyataan oleh tomografi emisi positron dengan fluorodopa F18,
digunakan sebagai tanda penyakit Parkinson presimtomatik.
Peningkatan risiko penyakit Parkinson juga
dapat dilihat pada hubungan tingkat-pertama pasien, biasanya ketika hasil
tomografi emisi positron hubungan asimtomatik diambil untuk dihitung, memenuhi
bukti lebih lanjut dari adanya komponen genetik terhadap penyakit.
Bagaimanapun, keuntungan nyata muncul ketika sejumlah kecil keluarga dengan early-onset,
Lewy body penyakit Parkinson didomiasi oleh faktor autosomal positif
teridentifikasi. Penelitian pada keluarga ini, dari Mediterania dan Jerman,
mengarahkan identifikasi dari 2 mutasi missense (Ala53Thr dan Ala30Pro) pada
gen penyandi α-synuclein, protein
presinaps kecil yang tidak diketahui fungsinya. Meskipun mutasi pada
α-synuclein terbukti jarang pada pasien penyakit Parkinson, mereka telah
memenuhi petunjuk pertama bahwa protein ini dapat terlibat dalam rantai
molekuler kejadian yang menyebabkan penyakit. Pentingnya α-synuclein telah
ditingkatkan oleh penemuan bahwa Lewy-bodies dan Lewy neurit yang
ditemukan pada penyakit Parkinson pada umumnya mengandung agregat α-synuclein.
Molekul protein α-synuclein cenderung untuk menjadi oligomer in vitro; protein
dengan mutasi missense Ala53Thr dan Ala30Pro tampaknya lebih cenderung seperti
ini.
Analisis
Immunohistochemical dari Belahan Substantia Nigra pada Pasien dengan
Penyakit Parkinson Sporadis, Mengindikasikan Keterlibatan α-synuclein dalam
Pembentukan Lewy Bodies dan Lewy Neurit. Kotak
A memperlihatkan Lewy body diwarnai oleh antibodi terhadap ubiquitin
(hijau) (x3000). Kotak B memperlihatkan Lewy body yang sama yang
diwarnai oleh antibodi terhadap α-synuclein (merah) (x3000). Kotak C,
menggabungkan gambar yang tampak pada kotak A dan B, memperlihatkan bahwa Lewy
bodies mengandung inti sentral protein ubiquinated dan α-synuclein
dikelilingi oleh lingkaran material fibrilar positif α-synuclein (x3000). Kotak
D,E, dan F menunjukkan proses neuronal dari substantia nigra pasien penyakit
Parkinson sporadis dimana neurit mengembang dan dilatasi dan mewarnai
α-synuclein (warna hitam). Kotak skala pada kotak D, E, dan F adalah 10 μm.
Meskipun penelitian pada keluarga
dengan penyakit Parkinson early-onset membuktikan bahwa α-synuclein abnormal dapat menyebabkan
penyakit, hal ini masih belum jelas apakah fibril dari agregat α-synuclein,
yang terlihat pada Lewy-bodies dan Lewy neurit, berperan penting
sebagai penyebab pada bentuk umum penyakit Parkinson atau hanya merupakan
penanda untuk proses patogenetik yang terjadi. Positif Lewy-bodies pada α-synuclein tidak hanya ditemukan pada
berbagai subnuklei pada substantia nigra, locus ceruleus, dan brain-stem
lain dan thalamic nuclei pada pasien penyakit Parkinson, tetapi juga
pada distribusi yang lebih menyebar, termasuk korteks pada beberapa pasien
penyakit Parkinson seperti pada pasien demensia jenis diffuse Lewy-bodies . α-synuclein teragregasi pada glia juga
merupakan gambaran atropi berbagai sistem, menyebabkan penciptaan terhadap
terminologi nosologic baru, “synucleinopathy”, untuk mengacu pada kelas
penyakit neurodegeneratif yang berhubungan dengan α-synuclein teragregasi.
Autosomal recessive juvenile parkinsonism adalah sindrom neurologi genetik
lain yang telah memenuhi pandangan penting terhadap penyakit parkinson. Autosomal
recessive juvenile parkinsonism merupakan sindrom yang relatif jarang yang
memberikan banyak gambaran parkinsonisme, termasuk ketidakresponsifan terhadap levodopa
dan hilangnya nigrostriatal dan neuron lokus ceruleus, tetapi ini memiliki
onset yang sangat dini (sebelum usia 40 tahun), penelitian klinis selama
beberapa dekade menunjukkan tidak ada Lewy bodies dan Lewy neurit pada
otopsi. Pemetaan genetik sindrom pada 6q25-27 menutun untuk identifikasi mutasi
yang bertanggungjawab terhadap terhadap Autosomal recessive juvenile
parkinsonism pada gen penyandi protein yang disebut parkin. Parkin
diekspresikan utamanya di sistem saraf dan merupakan salah satu anggota
keluarga protein yang dikenal sebagai E3 ubiquitin ligase, yang menempel pada
rantai peptida ubiquitin pendek pada protein, suatu proses yang disebut ubiquination,
dengan cara demikian menandai mereka untuk degradasi melalui jalur degradasi
proteosomal.
Tabel 1.
Mutasi gen tunggal yang mengarah pada penyakit Parkinson
|
||||
Locus/letak
|
Gen
|
Lokasi
|
Mode keturunan
|
Dimana didapat
|
PARK1
PARK2
PARK3
PARK4
PARK5
PARK6
PARK7
PARK8
|
Α-synuclein
Parkin
Tdk diketahui
Tdk diketahui
Ubiquitin C-terminal Hydrolase
Tdk diketahui
DJ-1
Tdk diketahui
|
4q21
6q25-27
2p13
4p15
4p14
1p35
1p36
12p11.2-q13.1
|
Autosomal dominan Autosomal recessive
mungkin juga yang dominan Autosomal dominan Autosomal dominan Mungkin
autosomal Dominan Autosomal recessive Autosomal recessive Autosomal dominan
|
Yunani, Itali, dan Jerman Ubiquitous
Jerman
United state
Jerman
Itali
Belanda
Jepang
|
Autosomal
recessive juvenile parkinsonism yang
dihasilkan dari hilangnya fungsi pada kedua kopi gen parkin, mengakibatkan
keturunan autosomal resesif, sebagai kebalikan dari mutasi missense yang
mengubah α-synuclein dan menyebabkan gangguan yang dominan diturunkan. Saat
ini, bagaimanapun, spektrum penyakit yang diketahui disebabkan oleh mutasi
parkin telah tersebar luas, dengan penyakit Parkinson rupanya muncul sporadis
pada orang dewasa, pada dekade ke-5 dan 6 kehidupan, yang berhubungan dengan
mutasi gen parkin.
Telah ada
beberapa pasien dengan penyakit Parkinson sporadis klasik dengan onset pada
orang dewasa yang hanya memiliki 1 alel parkin mutan, meskipun demonstrasi yang
lengkap bahwa alel lain normal dan tidak mengandung mutasi tidak biasa diluar
sekuens penyandian dan sekitarnya masih kurang. Tepatnya peran apa yang
dimiliki oleh mutasi parkin pada mayoritas kasus penyakit Parkinson dan adanya
heterozigot (dimana lebih umumpada populasi dibandingkan homozigositas terhadap
2 alel mutan) menunjukkan faktor risiko penting yang tak dapat dipungkiri.
Bukti terkini menunjukkan bahwa ubiquinasi oleh parkin mungkin penting dalam
pergantian normal α-synuclein.
Penemuan 1
keluarga dengan beberapa anggota mengidap penyakit Parkinson yang memiliki
mutasi missense mengganggu pada gen yang menyandi neuron hidrolase ubiquitin
c-terminal spesifik, yaitu gen lain yang terlibat dalam metabolisme ubiquitin.
Kesimpulan yang jelas dari bagian yang berbeda dari data ini adalah agregasi
protein abnormal, disfungsi ubiquitin yang memediasi mesin degradasi, atau
keduanya mungkin merupakan langkah penting dalam patogenesis penyakit
Parkinson. Demikian juga pada gen α-synuclein, parkin, dan ubiquitin
C-hydrolase, setidaknya lima tempat-tempat (lokus) lain sedang diusulkan untuk
autosomal dominan dan autosomal resesif pada penyakit Parkinson (tabel 1).
Analisis genetik secara umum, bentuk sporadis penyakit Parkinson menunjukkan
bahwa ada suatu komponen yang dapat diturunkan dalam bentuk yang tidak jelas
diturunkan sebagai autosomal dengan sifat dominan atau resesif. Sebagai contoh,
alel tertentu pada suatu polimorfis kompleks pengulangan DNA yang terletak
sekitar 10 kilobase yang selalu digunakan bersama-sama ke hulu oleh gen
α-synuclein menunjukkan hubungan dengan penyakit Parkinson sporadis dalam
beberapa populasi, tetapi tidak pada yang lain. Identifikasi positif gen pada lokus/letak
tersebut seperti membuktikan gen tambahan dan protein yang dapat dipelajari
perannya dalam patogenesis suatu penyakit. Karena mutasi α-synuclein yang amat
sangat jarang didapat, tes genetik pada mutasi ini seharusnya hanya dilakukan
pada penelitian yang mendasar saat sejarah keluarga yang kuat autosomal dominan
penyakit Parkinson ditemui. Mutasi parkin yang homozigot diperoleh pada hampir
setengah dari pasien yang menunjukkan penyakit Parkinson pada anak-anak dan
masa remaja dan mungkin 5% orang dewasa muda dengan penyakit Parkinson. Ada
kejadian kecil yang mendukung suatu peran mutasi dalam gen parkin pada jenis
penyakit Parkinson late-onset, dan bahkan pengujian α-synuclein ataupun
gen parkin yang saat ini dilakukan dalam pelayanan klinis rutin.
F.
Diagnosis
1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
2. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo)
G.
Penanganan
Penyakit Parkinson
merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi
berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit
ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul. 7
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik,
obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau
menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
8
Perawatan pada
penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat
perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian
obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan
pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari. 7
1.
Terapi Obat-obatan
Beberapa obat yang
diberikan pada penderita penyakit parkinson:
a. Antikolinergik 7
Benzotropine (
Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari
penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan.
b.
Carbidopa/levodopa
Levodopa merupakan
pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine.
L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik
asam amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5%
dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di sembarang
tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi
pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa
dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai
neuron dopaminergik. 9
Levodopa
mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit
parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini
diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya dan mengurangi efek
sampingnya.10
Sejak
diperkenalkan akhir tahun 1960an, levodopa dianggap merupakan obat yang paling
banyak dipakai sampai saat ini. Levodopa dianggap merupakan tulang punggung
pengobatan penyakit parkinson. Berkat levodopa, seorang penderita parkinson
dapat kembali beraktivitas secara normal.10
Banyak dokter
menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa sampai memang dibutuhkan. Bila
gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu, sebaiknya terapi dengan
levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa efektifitas levodopa
berkaitan dengan lama waktu pemakaiannya.Levodopa melintasi sawar-darah-otak
dan memasuki susunan saraf pusat dan mengalami perubahan ensimatik menjadi
dopamin. Dopamin menghambat aktifitas neuron di ganglia basal.10
Efek samping
levodopa dapat berupa:11
1. Neusea, muntah,
distress abdominal
2. Hipotensi
postural
3. Sesekali akan
didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut. Efek
ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system konduksi
jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.
4. Diskinesia.
Diskinesia yang
paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau muka. Diskinesia
sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi levodopa.
Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu
karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti,
membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
5. Abnormalitas
laboratorium.
Granulositopenia,
fungsi hati abnormal dan ureum darah yang meningkat merupakan komplikasi yang
jarang terjadi pada terapi levodopa.
Efek samping
levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia yaitu gerakan motorik
tidak terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh. Respon penderita yang
mengkonsumsi levodopa juga semakin lama semakin berkurang. 7
Untuk
menghilangkan efek samping levodopa, jadwal pemberian diatur dan ditingkatkan
dosisnya, juga dengan memberikan tambahan obat-obat yang memiliki mekanisme
kerja berbeda seperti dopamin agonis, COMT inhibitor atau MAO-B inhibitor. Jika
kombinasi obat-obatan tersebut juga tidak membantu disini dipertimbangkan
pengobatan operasi. Operasi bukan
merupakan pengobatan standar untuk penyakit parkinson juga bukan sebagai terapi
pengganti terhadap obat-obatan yang diminum.11
c.
COMT inhibitors
Entacapone
(Comtan), Tolcapone (Tasmar). Untuk mengontrol fluktuasi motor pada pasien yang
menggunakan obat levodopa. Tolcapone
adalah penghambat enzim COMT, memperpanjang efek L-Dopa. Tapi karena efek
samping yang berlebihan seperti liver toksik, maka jarang digunakan. Jenis yang
sama, entacapone, tidak menimbulkan penurunan fungsi liver. 11
d.
Agonis dopamin
Agonis dopamin
seperti bromokriptin (Parlodel), pergolid (Permax), pramipexol (Mirapex),
ropinirol, kabergolin, apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif untuk
mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor
dopamin, akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin
secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala
Parkinson. 10
Obat ini dapat
berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan yang berfluktuasi
dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi. Apomorfin dapat
diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari dapat mengurangi
fluktuasi gejala motorik. 9
e.
MAO-B inhibitors
Selegiline
(Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor
MAO diduga berguna pada penyakit Parkinson karena neuotransmisi dopamine dapat
ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat
memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat
ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan
gejala dari penyakit parkinson. Yaitu untuk mengaluskan pergerakan. 11
Selegilin dan
rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi monoamine oksidase B
(MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh neuron
dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin. Efek sampingnya adalah insomnia.
Kombinasi dengan L-dopa dapat meningkatkan angka kematian, yang sampai saat ini
tidak bisa diterangkan secara jelas. Efek lain dari kombinasi ini adalah stomatitis.10
f.
Amantadine (Symmetrel)
Berguna untuk
perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.1
g.
Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa
Untuk mencegah
agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin di luar otak, maka levodopa
dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase. Untuk maksud ini
dapat digunakan karbidopa atau benserazide ( madopar ). Dopamin dan karbidopa
tidak dapat menembus sawar-otak-darah. Dengan demikian lebih banyak levodopa
yang dapat menembus sawar-otak-darah, untuk kemudian dikonversi menjadi
dopamine di otak. Efek sampingnya umunya hampir sama dengan efek samping yang
ditimbulkan oleh levodopa. 7
2.
Deep Brain Stimulation (DBS) 8
Pada tahun
1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara memasukkan elektroda yang
memancarkan impuls listrik frekuensi tinggi terus-menerus ke dalam otak. Terapi
ini disebut deep brain stimulation (DBS). DBS adalah tindakan minimal
invasif yang dioperasikan melalui panduan komputer dengan tingkat kerusakan
minimal untuk mencangkokkan alat medis yang disebut neurostimulator untuk
menghasilkan stimulasi elektrik pada wilayah target di dalam otak yang terlibat
dalam pengendalian gerakan.
Terapi ini
memberikan stimulasi elektrik rendah pada thalamus. Stimulasi ini digerakkan
oleh alat medis implant yang menekan tremor. Terapi ini memberikan kemungkinan
penekanan pada semua gejala dan efek samping, dokter menargetkan wilayah subthalamic
nucleus (STN) dan globus pallidus (GP) sebagai wilayah stimulasi
elektris. Pilihan wilayah target tergantung pada penilaian klinis.
DBS kini
menawarkan harapan baru bagi hidup yang lebih baik dengan kemajuan pembedahan
terkini kepada para pasien dengan penyakit parkinson. DBS direkomendasikan bagi
pasien dengan penyakit parkinson tahap lanjut (stadium 3 atau 4) yang masih
memberikan respon terhadap levodopa.
Pengendalian
parkinson dengan terapi DBS menunjukkan keberhasilan 90%. Berdasarkan
penelitian, sebanyak 8 atau 9 dari 10 orang yang menggunakan terapi DBS
mencapai peningkatan kemampuan untuk melakukan akltivitas normal sehari-hari.
Selain terapi
obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan, karena
kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menelan
sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat
akan membantu mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya
aktivitas, cairan dan beberapa obat.
3.
Terapi
Fisik
Sebagian terbesar penderita
Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi
sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau
latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit
Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas,
tremor dan hambatan lainnya.7
Latihan fisik yang teratur,
termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan
meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan
dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras,
dan memindahkan makanan di dalam mulut. 7
4.
Terapi
Suara
Perawatan yanG paling besar
untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit Parkinson adalah dengan
Lee Silverman Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus untuk meningkatkan volume
suara. Suatu studi menemukan bahwa alat elektronik yang menyediakan umpan balik
indera pendengar atau frequency auditory feedback (FAF) untuk
meningkatkan kejernihan suara. 1
5.
Terapi
gen
Pada saat sekarang ini,
penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan penggunaan
virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic
nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk mempoduksi sebuah enzim
yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi
neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai penghambat langsung sel yang
terlalu aktif di STN. 7
Terapi lain yang sedang
dikembangkan adalah GDNF. Infus GDNF (glial-derived neurotrophic factor) pada
ganglia basal dengan menggunakan implant kathether melalui operasi. Dengan
berbagai reaksi biokimia, GDNF akan merangsang pembentukan L-dopa. 7
6. Pencangkokan saraf
Cangkok sel stem secara
genetik untuk memproduksi dopamine atau sel stem yang berubah menjadi sel
memproduksi dopamine telah mulai dilakukan. Percobaan pertama yang dilakukan
adalah randomized double-blind sham-placebo dengan pencangkokan dopaminergik
yang gagal menunjukkan peningkatan mutu hidup untuk pasien di bawah umur.7
7.
Operasi
Operasi untuk
penderita Parkinson jarang dilakukan sejak ditemukannya levodopa. Operasi
dilakukan pada pasien dengan Parkinson yang sudah parah di mana terapi dengan
obat tidak mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi
thalamik. 11
8.
Terapi
neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat
melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi progresifitas penyakit. Yang
sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah apoptotic drugs (CEP
1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan
dopamine receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah monoamine
oxidase inhibitors (selegiline and rasagiline), dopamine agonis, dan complek I
mitochondrial fortifier coenzyme Q10. 7
9.
Nutrisi
Beberapa nutrient telah
diuji dalam studi klinik klinik untuk kemudian digunakan secara luas untuk
mengobati pasien Parkinson. Sebagai contoh, L- Tyrosin yang merupakan suatu
perkusor L-dopa mennjukkan efektifitas sekitar 70 % dalam mengurangi gejala
penyakit ini. Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting dalam biosintesis L-dopa
mengurangi 10%- 60% gejala pada penelitian terhadap 110 pasien. 7
THFA, NADH, dan piridoxin
yang merupakan koenzim dan perkusor koenzim dalam biosintesis dopamine
menunjukkan efektifitas yang lebih rendah dibanding L-Tyrosin dan zat besi.
Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara teori dapat mengurangi kerusakan
sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua vitamin tersebut diperlukan dalam
aktifitas enzim superoxide dismutase dan katalase untuk menetralkan anion
superoxide yang dapat merusak sel. 7
Belum lama ini, Koenzim Q10
juga telah digunakan dengan cara kerja yang mirip dengan vitamin A dan E. MitoQ
adalah suatu zat sintesis baru yang memiliki struktur dan fungsi mirip dengan
koenzim Q10.
10.
Qigong
Terdapat dua penelitian
mengenai qigong pada penyakit bParkinson. Dalam percobaan di Bonn, studi
terhadap 56 pasien didapatkan peningkatan gejala motorik dan non-motorik di
antara pasien yang melakukan latihan qigong terstruktur 1 kalin seminggu selama
8 minggu. Penulis berspekulasi bahwa gambaran aliran energy yang membantu
peningkatan dalam movement pasien. 7
Namun demikian studi kedua
menunjukkan qigong tak efektif pada penyakit Parkinson. Dalam studi tersebut,
peneliti menggunakan randomized cross-over trial untuk membandingkan latihan
aerobic dengan qigong pada penyakit Parkinson tahap lanjut.dua kelompok pasien
PD dinilai, kemudian melakukan 20 sesi baik latihan aeronik maupun qigong,
dinilai lagi, kemudian setelah selang 2 bulan, ditukar dengan 20 sesi lainnya,
kemudian dinilai lagi. Penulis mendapatkan peningkatan kemampuan motorikdan
fungsi kardiorespirator setelah mengikuti latihan aerobic, tetapi tak
mendapatkan manfaat setelah mengikuti qigong. Penulis juga menyimpulkan latihan
aerobik tak memiliki manfaat terhadap kualitas hidup pasien. 7
11.
Botox
Baru-baru ini, injeksi
Botox sedang diteliti sebagai salah satu pengobatan non-FDA di masa mendatang. 7
J.Prognosis
Obat-obatan
yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan
penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan
menemani sepanjang hidupnya.7
Tanpa
perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan
dapat menyebabkan kematian. 9
Dengan
perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien
berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala
terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat
parah. 10.
BAB IV
PENUTUP
Penyakit
Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat
penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus
palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di
Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada
sekitar 200.000-400.000 penderita
Penyakit
Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik
meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan
gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa
dihentikan sampai saat ini. Sekali
terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami
progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan
ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan
perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien
berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala
terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat
parah.
referensi nya mana?
ReplyDeletetermakasih Informasinya,Artikel ini memebuat saya menjadi lebih mengerti tentang penyakit parkinson
ReplyDeletesaya sedang mencari Jual Obat Penyakit Parkinson
sukses selalu.
I have decided to make this testimony public. My father was diagnosed with Parkinson's Disease 8 years ago. I loved my father very much, and it was heartbreaking to have him develop Parkinson's disease and to stand by and watch him decline in his ability to take care of himself, struggling with day-to-day tasks. It caused a lot of tremor, stiffness, imbalance, loss of speech and eventually, ability to do basic tasks was a big problem. Parkinson’s doesn’t just affect the person who is diagnosed — it also turns your world as a caregiver, upside down if your loved one is grappling with the condition. To be clear, there is no pharmaceutical medicine, no magic pill that has any significant effect on the progressive downhill course of this disease. Not until we use an Herbal Medicine called BRONGEE that puts an end to it. He has been well and living his best life. While there may be other different options. Never make your own success path a secret. There should be no shame. Contact Dr. Rohan with dr.rohanronjohn@gmail.com, It may also help you too.
ReplyDelete